SISTEM PEMBAKITAN ENERGI LISTRIK

Hal pertama dalam sistem tenaga listrik adalah sistem pembangkitan. Sistem pembangkitan adalah proses sitem tenaga listrik yang berfungsi dalam proses pembangkitan tenaga listrik melalui beberapa energi primer untuk membangkitkan energi listrik. Secara umum proses pembangkitan di Indonesia terbagi atas:
1. PLN : IP (Indonesia Power) dan PJB (Pembangkit Jawa Bali)
2. IPP (Swasta)

Berhubung permerintah mencanangkan program 35.000 MW maka bocoran dikit hanya 10.000 MW yang dikerjakan PLN dan sisanya dikerjakan pihak swasta tetapi tetap memakai jaringan penyalur PLN. Secara politis proyek 35.000 MW ini sangat bergantung pada tingkat penyaluran dan distribusi atau pemakaian. Bila keadaan proyek 35.000 MW siap atau proses siap dibangkitkan tetapi sistem penyalur dan tingkat konsumsi tidak sebesar 35.000 MW maka kerugian akan besar karena proses tidak ada yang memakai listrik tersebut.

Secara teknis maka proses pembangkitan terdapat beberapa proses yang terbagi atas sistem energi yang dipakai :
1. PLTA (Air)
2. PLTG/ D (Minyak)
3. PLTGU (BBM)
4. Batubara
5. PLTG (Gas)
6. PLTU (Gas)
7. PLTGU (Gas)
8. PLTP (Panas Bumi)

Teknis dalam proses pembangkitan setiap jenis pembangkit memiliki metode yang berbeda-beda. Dalam kesempatan lain,
saya akan menerangkan beberapa jenis pembangkitan. Dalam halaman ini saya akan membahas pembangkitan tenaga listrik secara global. Berikut merupakan rata-rata komposisi pembangkitan di Jawa dan Bali.


Dari gambar diatas dapat dianalisa mengenai proses pembangkitan PLTA dapat difungsikan sebagai penanggung beban dasar dan beban puncak. Apakah beban dasar dan beban puncak??
Secara spesifik beban dasar adalah beban yang ditanggung pembangkit sehari hari tanpa adanya perubahan secara signifikan dalam waktu waktu tertentu. Jika dilihat beban dasar ini berada pada 8000 MW dan beban puncak berada pada 13.000 MW.

Nah secara tabel juga dapat terlihat PLTP berwarna merah memiliki nilai MW yang konstan ini disebabkan nilai pembangkitan PLTP selalu konstan akibat penguapan di PLTP yang bergantung pada panas bumi di pembangkit. Dalam tabel juga nilai pembangkit berbahan batubara mendominasi pembangkitan yang ada di Pulau Jawa. 

Lalu pembangkit mana yang biasa dioperasikan sebagai penanggung beban puncak di Jawa dan Bali. Ya terlihat bahwa PLTA dan PLTG sebagai pembangkit penanggung beban puncak. Apa penyebabnya?? ya di bidang pembangkit ada materi tentang economic dispatch dan unit commitment disanalah nanti ditemukan pembangkit yang memiliki nilai start up (proses memproduksi MW paling cepat dengan koefisiennya). Tapi kali ini saya tidak membahasnya jadi nanti saja penjelasan mengenai materi tersebut. Lalu kenapa prosesnya pembangkit banyak dilakukan oleh bahan bakar batu bara?? ya benar karena paling murah. Kenapa? secara kontrak saya hanya dapat menjelaskan secara singkat mengenai take or pay atau proses pembayaran kontrak tentang batu bara. Tapi yang jelas materi tersebut dapat dibidangkan sendiri. Secara umumnya materi batubara ini paling murah bahkan jika kita menilik pada PLTU Paiton milik IPP (terkenal dengan pembangkit berbiaya paling murah) dan PLTU Suralaya yang memiliki daya pembangkit terbesar di Jawa dan Bali berbahan bakar batubara. Walaupun secara spesifik jika belajar mengenai material batubara ini terbagi atas berbagai macam jenis batubara. 

Secara umum pembangkitan berasal dari turbin yang dikopel dengan generator. Jika kita memperdalam mengenai generator pembangkitan maka akan semakin lebar pembahasannya. bagaimana generator bisa mengubah energi gerak menjadi listrik? kan semakin luas. Ya sekarang saya batasi sampai sini saja terlebih dahulu. Secara umum Generator bertegangan menengah. Yah belum saya bagi ya jenis tegangan ini?? gak apa telan saja. Begini..

Tegangan Pembangkit: 
  1. Untuk Pembangkit Berdaya 25 KVA sampai 3 MW menggunakan sistem tegangan 6 KV kemudian step up trafo to 20 KV
  2. Untuk Pembangkit berdaya 10 MW sampai 300 MW menggunakan sistem tegangan 11,5 kemudian step up trafo to 70 KV / 150 KV
  3. Untuk Pembangkit berdaya 400 MW sampai 660 MW menggunakan sistem tegangan 22,8 KV kemudian step up trafo to 275 KV / 500 KV








Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN TES PT. PERTAMINA (PERSERO) COLLEGE SHOPPING

PENGALAMAN TES PLN

Sistem Tenaga Listrik di Indonesia